Belajar dari Mr. A

 



Tulisan ini berawal dari penemuanku terhadap Mr. A (ACNE) yang muncul di pipi, padahal kemarin belum terasa kemunculan dan sakitnya.


Kali ini aku tidak membahas tentang sebuah Excoriation disorder atau Skin picking yang lagi booming di luar. Namun, aku akan membahas sedikit pengertian yang aku peroleh dari Mr. A.


Bersamaan dengan keluarnya Mr. A dari pipi setelah aku pencet dengan susah payah. Keluar pula beberapa hal dalam benakku. Yang aku rasa cocok digunakan sebagai perenungan.


Apabila dianalogikan dalam kehidupan akan terasa sekali kemiripannya.


Seperti halnya kita, Mr. A  juga mengalami yang namanya struggle sebelum dia muncul ke permukaan. Yang artinya jerawat pun membutuhkan waktu dan proses pembentukan diri.


Hal yang sama dan dibutuhkan oleh setiap orang untuk mencapai keadaan yang diinginkan. Sebuah proses panjang penuh perjuangan tidak akan lepas dari agenda sebuah keberhasilan. Karena kesuksesan tidak akan bisa kita nikmati dengan instant atau kita peroleh dalam semalam. 


Kembali kepada Mr. A, saat dia telah sempurna dengan penuh percaya diri muncul kapanpun dia mau tanpa diminta. Apa pun pemicunya dia akan bertengger dengan berani menghiasi wajah pemiliknya.


Nah, sama seperti manusia. Apabila sudah siap dan cukup mampu, maka Tuhan akan mengizinkan dan memberi jalan untuk dia bersinar. Kemudian, baik kita tahu atau pun tidak, dengan sendirinya kita mulai dikenal, dipercaya, disukai, dan dicari oleh orang lain. Lalu beredar menebar kemanfaatan.


Menilik kepada Mr. A yang muncul dan bertebaran, akan membuat si pemilik wajah tidak semangat dan insecure. Lalu, dengan segala daya upaya mereka berusaha untuk menghilangkannya. Diobati, dipencet, diberi ramuan tradisional, dan lain-lain.


Hal yang sama terjadi pada kita apabila kita mulai dikenal, menonjol, dan mulai menampakkan kesuksesan, maka jangan heran bila banyak orang yang tidak suka dengan kita. Mereka akan menggunakan seribu cara untuk menghancurkan kita. Tidak segan mengusir dengan cara semena-mena atau dibully, dicaci, diadu, dan lain-lain. Semuanya atas dasar rasa iri dan cemburu.


Namun, perhatikan kembali Mr. A yang bantat atau mengalami kemandegan, dan tidak mau keluar ke permukaan meski sudah besar dan cukup matang. Jerawat yang seperti ini akan lebih merepotkan. Rasa sakitnya lebih meradang, memerlukan dorongan kuat untuk mampu memaksanya keluar. Agar tidak terus terbenam dalam kulit jangat dan mengganggu aktivitas.


Seperti sebagian dari kita. Orang yang merasa minder dan rendah diri. Mereka memerlukan sebuah dorongan lebih. Sebuah dukungan mental baik dari diri sendiri maupun orang lain. Bukan penghakiman, nyinyiran, dan hujatan. Dorongan semangat dari sahabat dan sejawat untuk bisa tampil dengan berani, memukau, dan penuh percaya diri lebih dibutuhkannya.


Saat Mr. A telah sembuh maka akan menyisakan luka. Ada kalanya luka itu dalam dan luas, ada kalanya luka itu kecil dan cepat menghilang. Tergantung perawatan yang kita berikan.


Begitu juga dengan kita, setelah sembuh dari sakit, terbebas dari rasa tidak berdaya, dan memiliki kaki tegak untuk menapak. Tidak begitu saja membuat luka yang telah lama itu hilang dengan cepat. Saat menyadari hal itu, maka bantulah mereka merawat lukanya agar tidak lagi kambuh dan mengganggu kinerja barunya. 


Berdamailah! Bukankah semakin dalam rasa sakit yang kita terima, maka semakin besar pula kemampuan kita untuk tulus mencintai?


 ***


#30dwcjilid33

#pejuang30dwc

#day29

#terbenam 





Komentar

Postingan Populer