Cerpen: Nonton Bioskop





Desain ilustrasi dibuat oleh Ana di canva.

***


Sila membujukku untuk pergi bersama nonton ke bioskop. Namun, aku enggan pergi. Entahlah, hari ini aku sangat malas, mungkin karena aku sedang haid. Bawaannya pengen rebahaan dan selonjoran.


Tentu saja hal itu tak membuat Sila menyerah. Berbagai cara digunakan, hingga iming-iming es krim kesukaanku. Aku pun akhirnya setuju dan mengikutinya nonton bioskop. 


“Di, kamu masuk dulu dan ambil duduk! Aku beli popcorn!” suruh Sila. 


“Okay, cepetan, ya. Udah mau mulai tu filmnya!” ucapku kemudian melanjutkan masuk ke dalam ruang bioskop. Namun, tiba-tiba seseorang menabrak dari belakang, hingga tubuhku terdorong ke depan dan hampir jatuh.


“Maaf, Mbak,” ucapnya buru-buru memasuki bioskop. Seorang lelaki berwajah oriental mengikutinya dari belakang. 


Meski cuma sekelebatan aku bisa melihat jelas wajahnya. Mukanya putih dengan lesung pipi. Aku pun mengabaikan kejadian itu. Aku pun meneruskan masuk dan duduk di kursi yang tadi kami pilih.


Sila datang membawa popcorn dan dua softdrink. Kami berbincang santai sambil menikmati makanan. Sepuluh menit kemudian lampu bioskop dimatikan dan film mulai diputar. 


Beberapa penonton terdengar gaduh, bukan karena membahas filmnya yang digarap dengan baik. Melainkan para ciwi-ciwi yang enggak ngerti jalan cerita kemudian mengganggu konsen pacarnya. Namun, bersamaan dengan itu terdengar suara jeritan dan pekikan yang membuat semua penonton menoleh ke arah suara.


Aku pun menoleh dengan cepat dan seketika tertegun, sekujur tubuh meremang, telingaku mendengar suara teriakan dan permintaan tolong yang terdengar keras. Seorang wanita terlihat tersungkur bersimbah darah. Sebuah pisau tertancap di leher yang mengalirkan darah.


“Dasar sundal! Perebut suami orang!” umpatnya sambil menarik pisau dan menancapkan berkali-kali ke bagian tubuh wanita itu. 


Di belakang wanita itu, seorang lelaki sudah tak bernyawa. Dua bilah pisau tertancap di jantung. Suara teriakan semakin meraung-raung di bangku bagian belakang bioskop.


Film “The First Slam Dunk” masih diputar, tetapi penonton berlarian ke luar. Naas, kakiku lemas seketika, tak mampu menopang tubuh. Entah apa yang terjadi, pada saat itu otak terasa tumpul dan tak tahu harus berbuat apa. Aku pun memilih menunduk, tidak berani beranjak. Sedangkan Sila entah pergi kemana.


Dalam gelapnya bioskop, jantungku berdegup kencang, bau anyir darah menguar di dalam bioskop. Deru napas wanita itu laun mereda, tetapi terdengar suara isak tangis. Tanpa terasa kepalaku menyembul ke luar. 


Mataku membelalak, melihat wanita yang tadi menabrakku, kini berubah menjadi monster mengerikan. Pandangan kami pun bertemu, wanita itu menatapku dengan kaget dan penuh ancaman. Namun, ada raut kesedihan dari sorot matanya. Aku mengangkat tangan, dia pun mendekatiku. 


“Bangun!” ucapnya tegas membuatku terintimidasi.


Aku hanya bisa berpasrah dan mengikuti perintahnya. HT yang dibawa wanita itu berbunyi dan dia menyeretku ke luar sebagai tameng. Meninggalkan scene yang sangat mengerikan itu.

***


“Di, kamu gak pa-pa, kan?” lamat-lamat terdengar suara Sila memanggil namaku.


Aku pun membuka mata dan menemukan Sila di sampingku, dengan cepat ia memelukku erat. “Ada apa Si? Aku di mana?” tanyaku kemudian. 


Sila masih menangis dan merangkulku. Polisi, dokter, dan beberapa orang tak dikenal mengelilingi ranjangku.


“Kamu beneran baik-baik saja, Di?” Sila kembali bertanya.


Aku mengangguk memastikan keadaanku baik dan sehat. “Ambilkan aku minum, Si!”


Sila pun baru bisa mulai tenang. Berganti dengan polisi mulai bertanya padaku.


“Selamat siang, kami dari kepolisian. Sedang menyelidiki kasus pembunuhan di bioskop tadi siang. Mohon kerjasama dan bantuannya.” Seorang polisi berpakaian preman memulai pembicaraannya.


“Selamat siang, Pak. Terima kasih telah membantu saya. Tetapi saya tidak tahu menahu mengenai mereka, saya merupakan korban.”


“Jadi kamu tidak ingat apa yang terjadi setelah dia membawamu kabur?”


Aku pun menggeleng agak bingung. Karena memang aku tidak ingat apa pun setelah diseret oleh wanita itu.

***

Jumlah kata 554 

ODOP 2023


 

Komentar

  1. berasa lg nonton deadmen walking 😅 🤭

    BalasHapus
  2. Waaahhh jadi sebenarnya ga dibawa kabur? Nunggu lanjutannya Kak

    BalasHapus
  3. Bisa dijadikan film dark kaya joker nih wkwkwkwkwkw

    BalasHapus
  4. Wah bikin deg-degan banget ada kejadian kaya gini di bioskop. Aku bakal kaya Sila yang entah pergi kemana, langsung ngacir takut 😂

    BalasHapus
  5. Kok ngeri ceritanya. Kirain td lagi tokohnya sedang bermimpi. Taunya emang dibangunin polisi.

    BalasHapus
  6. Kan jadi penasaran ya Allah 🙄

    BalasHapus
  7. waah, gak nyangka bakal ada pembunuhan

    BalasHapus
  8. agak deg deg jantung bacanya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer