Cerbung: Laskar Dee Lestari Bersama Meraih Mimpi




Desain ilustrasi dibuat oleh Ana di canva. 

***

Bab 1. Briefing 


Langit tampak cerah, gerombolan awan mendung yang kemarin menghiasi langit tak tampak. Cuitan burung gereja di pohon cemara memanjakan telinga. Seolah mengabarkan tentang berita bahagia.


Semilir angin meniupkan semerbak mawar dan melati di sepanjang taman Universitas. Pagi ini suasana tempat parkir Kampus ODOP tampak lebih rame. Padahal kampus sedang libur. Namun, di pelataran parkir terdapat 2 bus besar yang berjajar. 


Terlihat banyak mahasiswa tengah menunggu dan bergerombol di sekitar bus. Hari masih pagi, jam gawai menunjuk angka 06.00, tetapi sebagian besar mahasiswa telah hadir. Dua orang panitia penanggung jawab mendata para peserta di masing-masing bus. 


“Siap, Kak! Kelompok Dee Lestari lengkap!” ucap seorang panitia.


“Buya Hamka siap meluncur, Kak!” teriak panitia yang lain menandakan bus bisa segera diberangkatkan.


Seorang panitia laki-laki mengacungkan jempol dan mulai menghidupkan toa. “Tes! Tes! Tes! Dicoba!” Suara toa berdengung kencang ditingkahi tawa para peserta.


“Testing! Testing satu tetes langsung langsing!”


“Ha, ha, ha, haaa ….!” Tawa para peserta semakin riuh. Panitia lelaki itu semakin senang.


“Pak Yonal! Udah dong becandanya, keburu siang.” Seorang panitia cantik berkerudung merah bertutur lembut mengingatkan.


Namun, Pak Yonal seolah mendapat energi baru. Dengan senyum semringah menjawab, “Siap laksanakan Bu Nim,” godanya mendapat hadiah satu pukulan ringan di lengan. “Okey anak-anak kalian sudah siaaaapppp! Mari ki  ….” Tetiba toa mati. Anak-anak yang tadinya diam kembali gaduh dan bersorak. 


Pak Yonal memukul toa keramat yang telah menemaninya selama sepuluh tahun itu. Kemudian kembali mencobanya. “A-a-a-a. Tes, tes. Tessss. Testing! Testing! Tasting! Satu tetes langsung pesing!” Nyaring suara toa semakin membuat para peserta tertawa.


“Huuu … huuu … huuu!” Secara serempat mereka berteriak-teriak. 


“Okay! Tenang! Tenang! Jangan berisik. Jangan sampai kehabisan bekal, ya, kalian.” 


“Yang ada Bapak yang membuat kami kelaparan terus,” celetuk seorang peserta ditingkahi tawa.


Pak Yonal nyengir kuda dan melanjutkan orasinya. “Baiklah teman-teman semua, untuk menyingkat waktu marilah saya perkenalkan panitia kali ini. Semua tentunya sudah pada kenal dengan saya, kan? Kalau belum nanti kita gelud di belakang. Okey!” ucapnya terkekeh. 


“Nah, di samping saya ini wanita cantik berhijab merah, beliau adalah ketua kita dipendakian kali ini,  Bu Nimas, bisa dipanggil Bu Nim. Terus untuk panitia pengawas di grup masing-masing silakan kalian kenalan sendiri. Cuma di sini ada bagian akomodasi dan konsumsi ada Kak Amalia dan Kak Mawar. Untuk panitia lainnya, akan kalian temui di pos-pos penjagaan nantinya,” jelasnya.


Pak Yonal mendekati Bu Nim. “Nah, sebelum berangkat. Mari kita dengar sepatah dua patah kata merdu dari Bu Nim. Lumayan buat ganjal perut,” pungkasnya kemudian menyerahkan toa.


Para peserta tertawa dan tersenyum bahagia mendengar ocehan Pak Yonal. “Terima kasih Pak Yonal yang ganteng dan garing. Nah, selamat pagi semuanya. Sepertinya semua sudah sangat siap dan penuh semangat pagi ini. Untuk itu langsung saja, ya, saya Bu Nim selaku pemimpin rombongan pendakian kali ini. Saya berharap kalian mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh panitia dan mematui aturan. Semoga beberapa hari ke depan kita dalam lindungan Tuhan dan dimudahkan mencapai puncak Oprek Mountain. Kemudian kembali dengan selamat. Aamiiinnn.”


“Aamiiinnn ….” ucap semua peserta.


“Nah, sebelum berangkat silakan kalian cek barang bawaan masing-masing. Mohon dengan tertib menaruh di bagasi bus sesuai grup masing-masing dan sesuai nomor urut di papan nama kalian yang tertempel di dada!”



Semua peserta mengikuti perintah dan memasukkan tas courier mereka ke bagasi. Kemudian kembali tertib berbaris.


“Baiklah. Mari kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Setelah itu silakan masuk ke dalam bus dan saling berkenalan. Berdoa mulai!”


Peserta berdoa dengan kusuk. “Berdoa selesai! Okay silakan masuk ke dalam bus dan mengisi absen lagi.”


Para peserta mulai masuk bus dan memilih tempat duduk masing-masing. Bu Nim dan Kak Mawar masuk ke grup Dee Lestari sedang Pak Yonal dan Kak Amalia mengikuti bus Buya Hamka.


***


“Halo teman-teman semua, selamat pagi. Mohon perhatiannya sebentar. Perkenalkan nama saya Kak Siti dan di samping saya ini Kak Thia. Kami berdua merupakan panitia pengawas grup Dee Lestari. Atau bagaimana kalau kita panggil dengan nama Laskar Dee Lestari, biar lebih keren. Okay! Jika kalian menemukan keluhan apa pun selama mendaki, jangan sungkan untuk menghubungi kami,” jelas Kak Siti sembari menyilakan Kak Thia.


“Halo semua. Jaga diri dan etika selama mendaki, dimohon untuk tidak berkata jorok, ya. Semangat Laskar Dee Lestari. Saya yakin kalian bisa!”


“Alah Laskar Dee Lestari apaan, Laskar Deele iya. Ngak mutu banget,” bisik seorang memotong pembicaraan Kak Thia. Semua peserta menoleh dan memandang ke arah peserta itu.


“Maaf, kamu tadi ngomong apa? Silakan berdiri dan ngomong dengan jelas!” tegur Kak Siti.


Peserta yang lain ikut menyoraki. “Iya ih, berdiri dong! Beraninya cuma ngomong di belakang,” ucap peserta lain.


“Iya. Berdiri dong bree kalau ngomong. Bisik-bisik doang, ngak jentel tau!” teriak seorang peserta laki-laki.


Wanita yang tadi berbisik kemudian berdiri dan berucap. “Bacot sih kalian. Grup Deele aja dibilang Dee Lestari. Norak lah. Lagian lama banget briefingnya. Cepet berangkat kenapa?” omelnya dengan lantang. Peserta bernama dada Ana itu langsung duduk setelah selesai berbicara.


Suasana di bus menjadi tegang, udara serasa menipis. Peserta yang lain saling pandang dan tertegun mendengar ucapan itu. Tak terkecuali para panitia.


“Ana! Berdiri dan ke luar sama saya!” tegas Bu Nim dengan sorot mata tajam dan berwibawa. Sedangkan Kak Siti, Kak Mawar, dan Kak Thia hanya bisa geleng-geleng di belakang Bu Nim.


Ana berdiri dengan bersungut-sungut. Berjalan ke depan sambil memandang satu persatu peserta dan membaca nama dada mereka.


“Baiklah, lupakan Ana dan sikapnya. Mungkin dia lagi ada masalah. Ayo kalian bisa kenalan dulu dan boleh menyebutkan visi misi ikut pendakian ini. Silakan di mulai.” Kak Thia meredam kasak kusuk yang mulai terdengar.


“Lagi PMS mungkin, Kak,” celetuk seorang peserta diikuti tawa peserta lainnya. Suasana bus kembali ceria. 


Satu persatu peserta memperkenalkan diri. Mulai dari Alfida, Nenden, Tanjung, Zaki, Harir, Sanik, Pristiana, Indri, Ilma, Melinda, Delvia, Yusfika, Imada, purnari, dan Anisa. 


Di tengah tawa para peserta yang saling berbincang santai. Tetiba bus bergetar sebanyak dua kali. Sehingga membuat peserta terdiam. Ana dan Bu Nim masuk ke dalam bus. Mereka merasa aneh dan saling pandang. Melihat bus hening takada yang berani bergerak.


***Bersambung …


Jumlah Kata 982.

ODOP2023

OPREK2023





 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer