Cerbung: Bukan Cinta Full Senyum
"Kamu menyukaiku, ya?" tanya Reza padaku. Reza masih menatapku dengan jijik. "Jangan teruskan rasamu itu!" ancamnya sebelum berlalu dari hadapanku.
Beberapa teman Reza yang berasal dari satu departemen mengikutinya dari belakang. Mereka menutup mulut menahan tawa dan saling berbisik-bisik.
Aku bergeming dengan tatapan nanar, bingung, dan tanpa ekspresi. Kata-kata yang sudah aku siapkan sejak satu minggu yang lalu menghilang begitu saja. Aku memang menyukai Reza, tetapi tidak ada yang tahu sebelumnya.
Namun, setelah pesta berakhir nasibku sepertinya akan berubah. Apalagi Reza telah menolakku di hadapan teman-temannya. Bahkan sebelum aku mengutarakan perasaan.
Reza telah kembali ke kerumunan tamu pesta. Tubuhnya kini meluik di antara para tamu. Meski Reza mengenakan jubah hitam dengan kerah berdiri, ala vampire. Namun, aku masih bisa mengenalnya dengan jelas. Taring pasangan dan topeng penutup wajah semakin membuatnya terlihat tampan.
"Sa, kenapa kamu cuma bengong di sini aja?" Dea menepuk pundakku. "Ayo kita gabung! Sudah jangan dipikirkan lagi kata-kata Reza," paksa Dea sambil menggandengku masuk ke dalam lautan manusia. Aku pun mengikutinya dengan nyawa yang masih belum menyatu dengan badan.
Pesta topeng halloween malam itu begitu meriah. Semua karyawan dan karyawati hadir dan bertransformasi dengan berbagai kostum. Boss dan karyawan berbaur menjadi satu.
Ruangan dengan penerangan remang-remang dan lampu kelap-kelip itu mulai sesak dan riuh. Teriakan pengunjung semakin keras ditingkahi musik disko.
Kurang lebih sekitar 20 menit melantai dan berjoget, tiba-tiba lampu mati. Namun, sebuah lampu yang terang menyorot padaku. Kemudian satu lampu lagi menyorot entah kepada siapa.
MC mempersilakan kami berdua naik ke atas panggung. Betapa terkejutnya diriku melihat Fahrul berjalan ke atas panggung. Fahrul adalah mantan pacarku. Walaupun status pacaran itu hanya sekitar beberapa hari. Ah entahlah, sepertinya hubungan itu tak pantas disebut sebagai hubungan pacaran. Entah kenapa dia bisa ada diacara ini padahal dua tahun lalu Fahrul sudah resign.
Fahrul dulunya juga merupakan anak IT, sama seperti Reza. Sialnya hubungan kami tidak berjalan dengan baik. Lebih tepatnya Fahrul hanya mempermainkan cintaku.
Aku ingat hari itu, hari di mana Fahrul untuk pertama kalinya menyapa dan kami pun berjabat tangan. Tidak butuh waktu lama bagiku, si akuntan introvert untuk jatuh cinta pada Fahrul. Apalagi dia adalah anak yang tampak baik dan sopan.
“Tunggu aku, ya, di Cafe Aroma. Malam ini jam 7, ya, dan jangan sampai telat,” ucap Fahrul tiba-tiba di suatu sore sambil tersenyum. Mata birunya seolah menyihirku dan menyedot jiwaku bersamanya.
Tanpa berpikir dua atau tiga kali, aku pun mengiyakan, padahal aku tidak begitu mengenal Fahrul sebelumnya. Namun, aku pernah berpapasan dengannya dan langsung suka. Sepertinya aku memang terlalu naif dan bodoh hingga tak mencurigai ucapan Fahrul.
Hari itu, sesuai dengan jam yang ditentukan aku pun berdiri di depan Cafe Aroma. Dari jauh Fahrul datang dan memasuki cafe. Tidak ada sedikit pun sapaan dari mulutnya. Ia malah memandangku dengan tatapan penghakiman dan kemudian masuk ke dalam cafe bersama temannya.
Aku hanya bisa mematung dan belum bisa mencerna apa yang terjadi. Sampai-sampai seseorang menolongku karena hampir pingsan. Aku kelelahan karena lupa belum makan siang saking senangnya dan sudah berdiri di sana sekitar tiga jam. Kembali lagi di masa sekarang.
“Halo, nama kamu siapa?” Terdengar MC mengantarkan mic kepadaku. Aku tiba di panggung lebih dulu. Sehingga aku pun diwawancara lebih dulu. Sembari memandang ke depan aku pun menjawab pertanyaan yang diajukan.
Sementara itu aku melihat langkah Fahrul, tidak banyak yang berubah dari gaya dan tampangnya terdahulu. Hanya saja kini semakin dewasa dengan potongan cepak dan baju hem biru yang sangat rapi.
Fahrul memandangku dengan full senyum, tetapi tidak dengan aku. Berbagai kecurigaan muncul di kepala. Semua pertanyaan dan kejadian dua tahun lalu bersliweran.
***
Jumlah kata 533
ODOP2023
Komentar
Posting Komentar