Balada Cinta Mi
Nissin meninggalkan negara kelahirannya, Jepang. Terbang pertama kali dan menginjakkan kaki di Bali. Sarimi menyambut di pintu kedatangan dengan bahagia. Bahkan hatinya seolah taman bunga sakura di musim semi. Kelopak bunga seakan bermekaran dan desir-desir jantung pun bak gemericik sungai dì bawah rimbun sakura. Semburat merah di pipi muncul, saat kakaknya Salammi menggoda.
Sudah setahun mereka kenalan di aplikasi NemuJodoh.com. Sebuah aplikasi kencan online yang penggunanya berasal dari seluruh dunia. Perkenalan mereka berawal tanpa sengaja. Cup Noodles, sepupu Nissin, awalnya berkenalan dengan Sarimi, mendadak sakit perut. Kemudian menyerahkan gawainya pada Nissin. Saat itulah mereka berkenalan dengan canggung, tetapi tidak lama. Karena keduanya mempunyai hobi yang sama. Yaitu memelihara kura-kura, dan dari situlah perbincangan mereka dibangun.
Perkenalan itu pun berlanjut via video call. Keduanya begitu asik dan menikmati setiap momen perbincangan. Tiada hari tanpa Nissin, motto baru Sarimi. Begitu pula dengan Nissin, tiada hari yang indah terlewati tanpa Sarimi. Sampai akhirnya mereka jadian dan menjalin pacaran jarak jauh.
Seperti kebanyakan long distance relationship, keinginan mereka untuk bisa berjumpa begitu besar. Namun, Nissin masih belum bisa merealisasikannya, dikarenakan ia belum bisa datang ke Indonesia. Project rumah susun dan mall di Okinawa yang sedang digarap masih belum selesai. Pun Sarimi, dia tidak bisa meninggalkan Indonesia karena terbentur skripsi.
Setahun berlangsung begitu cepat. Sarimi telah menyelesaikan kuliah dan sudah bekerja. Pun Nissin, ia mendapatkan tugas kerja di Indonesia. Tepatnya di Ubud, Bali. Di sana dia akan tinggal selama kurang lebih dua tahun untuk menyelesaikan proyek barunya, pembangunan resort, mall, dan apartemen. Kesempatan yang tidak akan mereka sia-siakan. Atau memang itulah yang Tuhan kehendaki. Sarimi mendapat pembagian tugas kerja di Bali. Di sebuah sekolah swasta elit di Kota Umbaran.
"Nissin!" Sarimi melambaikan tangan.
Lelaki bermata elang dan rambut cepak berwarna pirang itu menoleh. Seketika senyumnya tersungging dan memperlihatkan gigi putihnya yang rata. Dia pun membalas lambaian tangan Sarimi. Dengan cepat menyeret koper ke arahnya.
Detak jantung Sarimi kian menggebu. Tiba-tiba isi kepalanya kosong. Padahal sudah banyak sekali kalimat yang ingin disampaikan saat bertemu. Sedetik, dua detik, dan tok. Terdengar suara wanita memanggil nama Nissin, mesra. Kepalanya seperti bergelembung dan pecah.
Dia tersadar, lalu memperhatikan Nissin tengah asik berbincang bersama wanita. Gaun merah lengan panjang yang tidak menunjukkan sedikit kulit tubuh itu tampak sempurna di badannya. Rambut pendek dan anting guitar yang dikenakan sangat serasi. Sarimi tertegun, matanya berkaca-kaca. Dia menengadahkan kepala, menghalau rembesan air itu tumpah.
Bersambung …
#day-9
#squad ICH1BAN
#30DWCJILID35
#CERPEN
Komentar
Posting Komentar