Jangan Biasakan Dirimu Bagian 2

"Karena itu panggilan dia untukku. Aku tahu dia tidak menghormatiku. Aku juga tahu panggilan itu ditujukan untukku."


"Lalu? Kalau kamu tahu panggilan tidak respect itu ditujukan untukmu, kenapa kamu masih menjawab dengan santai?"


"Ya nggak pa-pa. Itu hanya panggilan tidak respectnya padaku."


"Lalu kenapa kamu tetap menjawab. Kalau kamu tahu dia tidak respect padamu? Kenapa kamu tidak respect pada dirimu sendiri? Yaitu dengan tidak menjawab panggilan itu?" Aku semakin geram. Entahlah, karena sikapnya yang terus teguh pendirian dan pintar mencari alasan untuk membenarkan sikap itu. Atau dengan diriku sendiri yang merasa kesal karena mempermasalahkan hal itu.


"Aku tahu dia tidak respect dan itu memang sudah gayanya."


"Lalu kenapa kamu tidak bergaya? Dengan tidak menjawab panggilannya. Kamu tahu dia tidak respect, lalu kenapa kamu izinkan?" Wajahku semakin terasa panas. "Saat ada orang memanggilmu Aiman maka orang lain tentu akan memanggil nama yang sama, kan? Seperti aku, jangan salahkan aku jika suatu saat akan memanggilmu dengan nama yang sama. Apalagi kamu izinkan," ucapku panjang lebar.


Dia hanya mengangguk. Namun tanpa suara. Entah apa yang dipikirkan. 


"Coba katakan. Kamu tahu nggak kenapa aku marah?" Aku mencoba mencari tahu apa yang dia pikir. 


"Iya, aku tahu?"


"Apa? Padahal aku sendiri tidak tahu kenapa aku marah. Kenapa aku marah padamu yang jelas-jelas tahu ada orang tidak respect masih saja dijawab dengan baik. Aku tidak tahu kenapa harus marah. Aku takut, jika suatu saat aku akan memanggilmu dengan nama yang sama. Karena kamu mengiyakan panggilan itu. Aku ngak tahu kamu marah atau tidak. Kalau kamu tidak suka, pleasee ... jangan jawab panggilan dia dong. Biar tidak keterusan." 


Amarahku masih ada, tetapi sudah mereda. Lega rasanya sudah mengungkapkan semuanya.



***

#30DWCJILID35

#DAY26






Komentar

Postingan Populer