Kita Berpisah untuk Bersama
Suara telepon genggam berdering. Tikno berlari dari kamar mandi. Mengelus dadanya dan mengatur napas.
"Halo, assalamualaikum?" Suara di seberang sana mengalun lembut di telinga Tikno.
Tikno tersenyum lebar. Hatinya berbunga-bunga. Meski sudah satu tahun menikah, tapi hati Tikno masih sama seperti dulu. Merasakan gugup dan grogi saat berbicara lewat telepon dengan Nurmi. Dia seperti anak kecil yang baru mengenal cinta. Apalagi sudah 5 bulan mereka berpisah.
Setelah mendengar suara Nur, segala kelelahan dan emosi dari kantor saat itu, melayang. Tikno begitu mencintai istrinya. Pun dengan Nurmi, keadaan memisahkan mereka sementara untuk bekerja di lain tempat.
"Waalaikumsalam, Dek. Akhirnya kamu telpon juga. Mas sudah lama nunggu, lo."
Tikno duduk di kursi bundar dari kayu buatannya. Selama ngekos di Surabaya dan hidup sendiri tanpa sang istri, Tikno membuat dan merangkai perabotan yang dibutuhkan. Uang hasil kerjanya, dia sisihkan dan dikirim pulang. Ayah dan ibu mertuanya lebih membutuhkan.
"Maafkan Nur, ya, Mas. Nur baru saja selesai. Mas tahu sendiri kalau toko Nur ramai dan banyak pelanggan."
"Iyo, Dek. Mas paham. Makanya Mas juga pengen bisa ke Jakarta. Biar kita bisa sama-sama. Nggak pisah kayak gini."
"Aamiinn …. Iya Mas. Semoga doa kita diijabah, ya."
Tikno tersenyum, meski Nurmi tidak melihat. Sejenak kemudian hatinya seperti diingatkan. Dua hari yang lalu ibu mertuanya menelpon. Beliau meminta uang bulanan tambahan. Tikno sampai harus berutang pada temannya. Dia ingin membagikan cerita itu. Namun, Nurmi lebih dulu berucap, "Mas, ibu sama bapak sudah aku kirim uang bulanan untuk tiga bulan ke depan, lo. Uang Mas disimpan aja, ya. Buat beli tiket ke Jakarta."
Tikno menelan ludah dengan keras. Lalu menjawab sekenanya, "Iya Nur. Terima kasih. Kamu pasti capek sekali."
"Sama, Mas. Kita berjuang dan bekerja untuk bisa berkumpul. Semoga bapak juga cepat sembuh."
"Amiinnn …." Tikno sudah tidak bisa berkata-kata. Ibu mertuanya memang keterlaluan. Membohongi anak Sulungnya demi kesenangannya sendiri. Seandainya Nurmi tahu apa yang ibunya lakukan. Tikno tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Nurmi. Tekadnya hanya satu untuk saat ini. Memiliki uang pesangon dan menemui Nurmi di Jakarta.
***
Bersambung ...
#30DWCJILID35
#DAY29
Komentar
Posting Komentar