99 Buket Bunga





Ilustrasi dibuat oleh Ana di canva.

***


Sory, mas harus lembur.

Aku tertegun di depan meja makan. Tumpeng kecil dengan lauk balado telur kesukaannya yang aku siapkan susah payah menjadi mubazir. Sebuah pesan singkat yang baru aku terima seolah meremukkan jantung.

Air mata mengalir begitu saja, tubuhku bergetar dan terisak. Dadaku seolah terhimpit batu hingga sulit bernapas. Lagi, Mas Ray mengingkari janji. Ulang tahun pernikahan kami tahun ini pun terlewat begitu saja. 

Entah apa yang aku tangisi. Mas Ray yang enggak pulang di hari penting kami. Atau kebodohanku yang menyetujui permintaan ibu menikah demi uang. 

Sekali lagi hatiku seolah ambrol, mengingat ibu yang memohon agar utang judinya dilunasi. Mengingat ibu yang tak bisa tidur karena debkektor. Aku pun tak punya pilihan kala itu. Kini aku cuma bisa menahan semuanya sendirian.

Setelah lemas menangis aku pun tertidur di sofa. Tanpa peduli dengan jerih payahku seharian. Makanan di meja aku biarkan saja, dekorasi rumah, dan segala pernak-perniknya pun kuabaikan.

Jam 8.00 pagi aku terbangun dengan rasa sakit di badan. Aku menatap sekeliling, tetapi Mas Ray enggak terlihat. Aku berjalan sempoyongan menuju kamar mandi dan membersihkan wajah yang luntur.

Selesai membereskan rumah aku pergi ke luar untuk jalan-jalan. Bioskop di Mall Mutiara menjadi tujuan. Sebenarnya di dekat apartemen ada Mall Anggrek, tetapi aku lebih memilih Mall Mutiara karena lokasinya dekat pantai dan resort. Di sana pun memiliki mall yang lebih besar dan indah. Itulah kenapa aku memilih Mall Mutiara.  Film horor akan menjadi obat mujarab di saat hati sedang penat.

Sampai di gedung bioskop aku memesan popcorn dan soda ukuran jumbo. Tanpa memperdulikan beberapa pasang mata yang melirik. Setiba di dalam bioskop aku bergeming di lantai dasar. Mataku tertuju pada baris ke dua paling belakang. 

“Mas Ray!” pekikku lirih. Hatiku seperti dihantam batu. “Mas-mas, harus berapa kali aku memaafkanmu. Alasan apalagi yang akan kau ucap kali ini,” monologku dalam hati. 

Mas Ray sedang berpelukan dengan seorang wanita. Wanita itu berambut pendek dan wajah mungil, berbeda dari yang dulu, karena Ini bukan kali pertama aku melihatnya. 

Keduanya seolah tak terganggu dengan orang disekitar. Air mataku luruh, tetapi hatiku menyangkal. Tak ingin kehilangan Mas Ray. Benar aku mencintainya dan menginginkan dia berubah. Nyatanya aku salah. Tanpa memperdulikan dua sejoli itu aku pun menikmati film yang diputar. 


***

Setiba di rumah aku meletakkan barang belanjaan. Kemudian cuci tangan. Mas Ray mendekatiku dan menyerahkan senjatanya.

“Sayang maafkan aku, ya. Ini hadiah buat kamu.”

“Ini buat aku Mas?” ucapku malas sembari mencium buket bunga mawar berjumlah 99 buah dan tiket liburan ke Singapura.


“Iya sayang. Kamu enggak marahkan?” 

“Enggak kok Mas. Kalau kita pergi liburan kan ibumu juga bakal senang. Karena kita bakal bisa memberinya cucu,” ucapku asal. Namun, ekspresi Mas Ray berubah.  Aku pun menyeringai.

Aku tahu Mas Ray enggak pernah mencintaiku, tetapi ia terpaksa karena ibunya menyukaiku. Ibunya ingin kami cepat memberinya momongan, tetapi Mas Ray tak pernah menyentuhku selama satu tahun pernikahan. Aku tahu ia terpaksa melakukan semuanya termasuk memanggilku sayang.

Aku mendesah pelan,  meletakkan buket bunga di atas meja dan berjalan mengambil air minum. Mas Ray mendekat dan memelukku, berusaha membujuk dan merayu. Aroma lilac menguar dari bajunya. Aku menyeringai dan melepaskan pelukannya.

“Sayang, maafkan aku, ya. Pleaseee. Projekku yang kemarin emang enggak bisa ditinggal.” 


Aku berlalu dari hadapannya. Dia mengejarku, tetapi aku menepis tangannya. 99 bunga mawar tak lagi menpan sebagai pengganti. Aku mengunci kamar, menegak sebotol obat tidur dan menulis sepucuk surat untuk ibu yang memaksaku menikah dengan Mas Ray. Pun surat permintaan maaf kepada ibu mertua.


***

>Jumlah tulisan 570 kata

>Komunitas ODOP

>onedayonepost2023

>OprekODOP6day6



Komentar

  1. apakah ini ada kelanjutannya? hehehe. ditunggu ending yang mungkin tak terduga ya

    BalasHapus
  2. Sedih, kalau tetiba ada plot twist pasti seru banget, Mba.

    BalasHapus
  3. Kasih tak berbalas memang segitu sakitnya. Semangat buat si Aku. Terusin ceritanya Kak, kasih pelajaran buat si Ray biar kapok wkwkwk

    BalasHapus
  4. nyesek juga ya. merayakan hari pernikahan memang terlihat sederhana. namun akan jadi kebahagiaan tersendiri.

    BalasHapus
  5. Jadi penasaran endingnya, kalau plot twist kek gini emang selalu geregetan pengen nyelesein sendiri akhir cerita. Hehe

    BalasHapus
  6. Kayaknya seru dibikin sambungannya nih.. Kasihan istrinya. Btw aku suka bgt ilustrasi blogmu hihi

    BalasHapus
  7. Buktikan mba kalau mas Ray menyia-nyiakan permata... 🤩

    BalasHapus
  8. Project yg gak bisa ditinggal itu yang mana Mas Raaay? (Gaya ibu2 nyolot wkwk)

    Bakal jadi seru kalau dilanjutin nih, Kak!

    BalasHapus
  9. Ini ada sambungannya gak kak?? ini mas ray agak ngeselin -_-

    BalasHapus
  10. Awal baca ini aku kira cuman perkara gak mau makan masakan istri. Ehh kok kelanjutannya nyesek sih. Mas Ray jahat bgt sampai gak mau nyentuh istri sendiri tapi orang lain sampai dipeluk 😭
    Gaya bahasanya enak kak, ringan dibacanya sukaaa ❤️

    BalasHapus
  11. Yah istrinya menemui Sang Pencipta :'( Aku berharap Mas Ray nyusul juga wkwkwk emosi saya

    BalasHapus
  12. ditunggu cerpen-cerpen yang lainnya kak, gaya bahasa oke dan berasa hidup

    BalasHapus
  13. Selalu kesel dengan cerita sedih, tapi ceritanya bagus kak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer