Sebuah Pesta di Rumah Baru

 




***

Hari ini, aku, papa, dan mama tiba di rumah baru. Kami pindah dari rumah lama karena papa pindah ke toko mebel barunya. Meskipun rumah ini memiliki dua lantai, taman luas, dan kolam renang, tetapi tidak serta merta membuatku senang.


Tempat ini terlihat megah sekaligus menyeramkan. Pun aku tidak memiliki teman di sini. Dengan bosan duduk bergeming sambil mengawasi papa dan mama yang tengah sibuk membereskan barang di kamar. Mereka terlihat senang dan antusias. 

“Bagaimana, Mama percaya, kan, sama ide papa?” ucap papa lembut.

Mama mengangguk, tersenyum semringah memandang papa kemudian beralih menatap ke arahku. Mata kami bertemu, tetapi ekspresi mama berubah datar. Berbeda saat memandang papa. Kegembiraan itu terpancar dari wajahnya. 

Aku tahu mama tidak menginginkanku, tetapi aku pun tak meminta untuk dilahirkan dari hubungan mereka di luar nikah saat SMA. Bukan salahku juga jika kehidupan mereka tidak baik-baik saja karena terhalang restu orang tua.

Sudah lama mama mendambakan kehidupan mewah. Tinggal di rumah gedong, makan enak, naik mobil mewah, memiliki banyak emas, bisa berbelanja sepuasnya, dan jalan-jalan ke luar negeri.

Meskipun sebenarnya kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan materi. Namun, bagi mama materi adalah sumber kebahagiaannya. Dibutakan oleh nafsu dan cinta, mama pun hamil dan keduanya menikah meski tanpa restu dari keluarga. Perbedaan statuslah yang menjadi pemicunya.  

Sejak menikah kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Tatkala sebuah realita hadir berupa kebutuhan pokok. Ijasah SMP yang mama punya tak bisa digunakan untuk melamar kerja. Sehingga papalah yang akhirnya membanting tulang. Mama merawatku di rumah dengan bentakan dan makian. Apalagi di saat keluarga papa datang dan menghinanya. Tak ayal ucapan keras pun terlontar kepadaku.

Keluarga besar papa yang kaya selalu memojokkan, mengolok-olok, dan membanding-bandingkan dengan keluarga lain yang lebih kaya dan sukses. Apalagi setelah kelahiranku kehidupan mereka semakin sulit. Di saat seperti itu keluarga mereka takada satu pun yang peduli. Ejekan dan hinaanlah yang selalu dilontarkan pada papa dan mama.

“Terima kasih Paaa. Mama senang sekali. Mama yakin keluarga kita enggak akan menghina kita lagi. Lihat aja bagaimana reaksi mereka.” Mama sekali lagi tersenyum dan memeluk papa.

***

Jam menunjukkan pukul 5.00 sore. Ketering dan persiapan di kolam renang tertata rapi. Suara musik mengalun lembut. Malam ini mama dan papa mengadakan pesta syukuran. Semua keluarga diundang tanpa kecuali. Sebenarnya mereka hanya ingin menunjukkan keberhasilan pada keluarga yang dulu sering mengejeknya.

Para tamu mulai berdatangan. Papa dan mama menyambut mereka dengan senang. Papa berpakaian rapi dan tampak gagah dengan kemeja birunya. Mama memakai anting, kalung, dan gelang emas besar serta cincin berlian. 

“Hebat koe Rudi, sudah kaya sekarang!” ucap kakaknya memuji dengan keras. Papa tertawa lebar.

“Alah, biasa ae Mas.”

“Baru enam bulan koe buka toko sudah bisa beli rumah mewah seperti ini. Bagi-bagilah rahasianya.” Adik bungsu papa ikut berkomentar.

“Enggak ono rahasia-rahasiaan. Penting kerjo temen-temen,” jawab papa datar.

Kakak kedua papa mendekati mereka dan bertanya, “La iyo. Kok aku enggak melihat Desi, Rud. Kemana anakmu itu perginya?” selidiknya.

“Desi lagi tidur Mbak. Dari kemaren enggak enak badan,” seloroh mama. Mendapat pandangan sinis dan tidak percaya dari mereka.

“Loh-loh. Enek pesta kok malah sakit. Temenan opo? Bukane Desi ninggal mbok gae tumbal to, Rud?” sergah Kakak kedua papa. 

Wajah papa dan mama pucat, mereka saling beradu pandang. “Ngomong opo sih koe, Mbak. Ojo nuduh seng ora-ora,” ucap papa berkelit. Pandangan aneh tertuju pada mereka. 

“Om-om, itu Mbak Desi enggak mau keluar dari kolam renang. Aku ajak main malah enggak mau. Tolong dong dipanggilin,” seru Azia, sepupuku. Dia berlari menuju ke arah papa.

Suasana mendadak hening, semua orang berhenti beraktifitas. Mereka memandang kolam renang kosong dan Azia secara bergantian. 


***

Tamat


Desain ilustrasi dibuat oleh Ana di canva.

>Jumlah tulisan 590 kata

>Komunitas ODOP

>onedayonepost2023

>OprekODOP6day1



Komentar

Postingan Populer