Renungan Jiwa: Diri yang Baru
Desain ilustrasi dibuat oleh Ana di canva.
***
Hari ini aku terpaku dalam kesendirian. Menikmati kicauan pipit yang terus berkumandang. Bak alunan rima menembus sukma. Dengan kagum aku berceloteh, tersenyum manis memandang surya. Badan ini terasa ringan, dijinjing boleh dipikul jangan.
Setelah seharian bergelut dengan kisah nyata. Ada pun malam menjelma dengan begitu cepatnya. Membawa kembali selimut yang lama berkelana. Damai diri dalam dekapan malam, diterpa semburat purnama. Ngengat-ngengat bersuara dalam pembaringannya. Menyuarakan apa yang ia rasa.
Malam berganti pagi,membawa naluri kembali. Mengantar surya menyapa bumi. Menerangi makhluk tanpa kecuali. Sosokku menggeliat dalam balutan selimut. Menghalau sinar melanjut pejam. Ahhh, mana bisa. Setumpuk kerja telah menanti dalam cemas takut tak kembali.
Hari ini aku merasakan banyak peristiwa seram. Salam diri seperti merasakan sebuah luapan yang teramat dalam. Rasa yang mungkin selama ini aku cari. Atau bisa jadi sebuah rasa yang ingin dihindari. Rasa kacau balau seolah dalam mesin cuci. Laun terasa tenang dan tentram yang membuat perut penuh terisi. Takada hari dalam hidup, kulalui seperti saat ini.
Aku menemukan diriku yang baru. Sisi yang belum pernah aku tahu. Sisi yang berbeda, yang tak pernah terpikir ada. Sisi yang melepaskan sensasi tiada henti. Sisi-sisi baik yang menyuguhkan suka. Lalu, sebuah sisi lain yang mencengangkan dan tak dapat dipercaya.
“Oh, ya! Masak, sih, aku seperti itu?”
“Masak, sih? Aku enggak pernah merasakannya!”
“Masak iya, aku bisa, sih?”
Beberapa penyangkalan yang melanda jiwa, bergelung dengan bermacam realita. Nyatanya aku tak pernah tahu, tetapi ada semburat kabut seolah menutup pandangan mata. Bila dibukakan oleh orang lain, banyak sekali rasa tidak percaya. Bila diberitahu kadang terdiam dan membisu.
Kalau benar terjadi, kenapa enggak. Kalau benar ada kenapa aku tak mencoba. Kalau benar nyata, bukankah aku yang bahagia.
Andai saja kita berandai-andai. Nyatanya sebuah pengandaian tak selalu dapat diandaikan. Cobalah mengandaikan hal yang dapat diandaikan dengan pengandaian yang dalam dan transparan. Andaikan saja semua pengandaianmu sebagai sebuah kenyataan.
Ahhh, apa benar? Hati kecil mengusik lalu ingin memantik rasa yang menggelitik. Agar aku berhenti untuk berharap dengan hal-hal yang cantik. Persetan, lama sudah kau menjadi racin yang memantikkan bara. Membakar sekam dalam jiwa hingga tak bersisa. Kali ini tak usah berlagak papa. Aku tak akan percaya dan mengikuti yang kau pinta.
Aku akan berjalan dengan sendiri, tanpa kau temani. Tak akan ada lagi harap sebelum ku menghadap. Daripada berandai-andai dan menyangkal semua, bukanlah lebih baik jika diterima. Kegetiran hati yang ditolak suatu saat akan datang bertubi. Menghantam jiwa dengan lebih membabi buta. Menikmati proses dengan segala keruwetan akan menjadi awal mula sebuah pengalaman mengasikkan.
Diri yang bahagia dengan segala keunikannya. Tersenyum dengan bebas dan tanpa beban. Bertutur lembut dalam situasi kalut. Perumpamaan yang tak sempurna, tetapi terselip makna dalam irama.
Si jalang, jago merah yang lama menjajah jiwa, pergilah sudah. Menyisakan bercak-bercak jenaka. Membayang masa aku takada apa-apa. Dalam angan tercipta sebuah nada. Lagu bernada memikat hati pendengarnya.
***
Jumlah kata 469 kata
ODOP2023
OPREKODOP2023day20
Komentar
Posting Komentar